Ordinal
utility approach merupakan suatu pendekatan dalam teori tingkah laku konsumen yang mempelajari perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi barang/jasa dimana tingkat kepuasannya dapat dilihat dari
kombinasi barang yang dikonsumsi. Kepuasan konsumen tidak dapat diukur tetapi
hanya dapat diperbandingkan tinggi rendahnya. Analisis ini dikenal sebagai
analisis kurva kepuasan sama, yang terdiri dari dua macam kurva yaitu kurva
kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran.
Analisis kurva kepuasan sama menunjukkan bahwa perilaku
konsumen ditentukan terutama oleh maksimisasi kepuasan. Pemaksimuman kepuasan
dikontrol oleh anggaran terutama mengasumsikan bahwa hanya dua produk yang bisa
memberikan kepuasan yang sama yang membuat konsumen menjadi indifferent (Chigora 2015).
A. Kurva Kepuasan Sama (Indifference
Curve)
Kurva kepuasan sama menunjukkan berbagai kombinasi dari 2
barang yang dikonsumsi yang memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen.
Kurva kepuasan sama merupakan suatu kurva yang menggambarkan gabungan
barang-barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya (Machfudz 2007).
Contoh gabungan dua barang yang dikonsumsi yang dapat memberikan kepuasan sama
(Tabel 1 dan Gambar 1).
Tabel 1. Gabungan makanan dan pakaian yang dapat
memberikan kepuasan sama
Gabungan
|
Makanan
|
Pakaian
|
Tingkat penggantian marjinal
|
A
|
10
|
3/1 = 3
2/1 = 2
1/1 = 1
½ = 0.5
1/3 = 0.33
|
|
B
|
7
|
||
C
|
5
|
||
D
|
4
|
||
E
|
3
|
||
F
|
2
|
10
|
Tingkat
penggantian marjinal menggambarkan besarnya pengorbanan ke atas konsumsi suatu
barang untuk menaikkan konsumsi barang lainnya dan pada waktu yang sama tetap
mempertahankan tingkat kepuasan yang diperolehnya. Hal ini ditunjukkan oleh
pilihan kombinasi barang di sepanjang kurva kepuasan sama dimana jika konsumen
memiliki suatu barang, konsumen akan bertindak indifferent antara mempertahankannya atau mengorbankannya untuk
memperoleh barang lain dan begitu pula sebaliknya (Komlos 2014).
Perhatikan
perubahan yang berlaku saat gabungan A berubah menjadi gabungan B. Perubahan
ini menaikkan konsumsi pakaian dari 2 unit menjadi 3 unit namun dengan
melakukan pengurangan konsumsi makanan dari 10 unit menjadi 7 unit. Hal ini
dengan tujuan mempertahankan kepuasan yang sama besarnya sehingga kenaikan
konsumsi 1 unit pakaian harus dibayar dengan pengurangan 3 unit konsumsi
makanan. Begitu pula dengan tingkat penggantian marjinal perubahan konsumsi
gabungan lainnya.
Gambar 1. Kurva
kepuasan sama makanan dan pakaian
Berdasarkan data
sebelumnya, nilai tingkat penggantian marjinal semakin kecil yang menyebabkan
bentuk kurva kepuasan sama cembung terhadap titik 0. Hal ini disebabkan oleh
faktor berikut:
- Pada waktu konsumen memiliki suatu barang yang lebih
banyak jumlahnya (makanan) dan barang lainnya yang lebih sedikit jumlahnya
(pakaian), diperlukan pengurangan konsumsi yang besar ke atas barang yang
jumlahnya banyak (makanan) untuk memperoleh tambahan barang yang sedikit
jumlahnya (pakaian).
- Semakin banyak pakaian yang
telah diperoleh, semakin sedikit pengurangan konsumsi makanan yang harus
dilakukan untuk memperoleh satu pakaian.
Setiap kurva kepuasan sama menggambarkan satu tingkat
kepuasan tertentu. Kurva kepuasan yang lebih tinggi menunjukkan jumlah kepuasan
yang semakin besar. Begitu pula sebaliknya kurva kepuasan yang lebih rendah
menunjukkan jumlah kepuasan yang lebih rendah (Gambar 2).
Dengan demikian, ciri-ciri kurva kepuasan sama antara
lain:
- Tidak pernah berpotongan atau
bersinggungan satu sama lain. Ini membuktikan kombinasi konsumsi suatu
barang oleh konsumen betul-betul kepuasannya sama. Jika berpotongan maka
kepuasannya berbeda.
- Bentuknya garis lengkung dari
kiri atas ke kanan bawah dan memiliki kemiringan negatif. Konsumen pada
suatu titik bersedia mengurangi konsumsinya terhadap salah satu barang
untuk meningkatkan barang lainnya.
- Cembung terhadap titik 0 karena
konsumsi suatu barang terus menurun dengan meningkatnya konsumsi barang
lain.
- Semakin jauh dati titik orijin
0, semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen.
B. Garis Anggaran Pengeluaran (Budget Line)
Garis anggaran pengeluaran menunjukkan berbagai gabungan
barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu. Garis
anggaran menggambarkan semua kombinasi barang-barang yang tersedia bagi
konsumen pada pendapatan tertentu dan pada harga barang-barang yang dibelinya
(Rahardja dan Manurung 2006). Contohnya pendapatan konsumen Rp90000, harga
makanan Rp 6000 dan harga pakaian Rp3000. Setiap titik gabungan sepanjang garis
anggaran merupakan gabungan konsumsi yang dapat dibeli dengan pendapatan
tersebut (Gambar 3).
Gambar 3. Garis Anggaran Pengeluaran
Efek Perubahan
Pendapatan dan Harga
- Efek perubahan pendapatan
Pendapatan konsumen dapat merubah garis anggaran.
Perubahan pendapatan memberikan efek perubahan sejajar dari garis anggaran
sebelumnya. Contohnya pendapatan awal konsumen Rp90000, harga makanan Rp 6000
dan harga pakaian Rp3000. Pendapatan konsumen menurun menjadi Rp60000 dan
meningkat menjadi Rp120000 (Gambar 4).
Gambar 4. Efek perubahan pendapatan
Ketika pendapatan konsumen menurun menjadi Rp60000, garis
anggaran akan berubah bergeser ke kiri. Hal ini karena pendapatan yang menurun
membuat jumlah barang yang dibeli konsumen menjadi lebih sedikit (GA2).
Sedangkan ketika pendapatan konsumen meningkat menjadi Rp120000, garis anggaran
akan berubah bergeser ke kanan. Hal ini karena pendapatan yang meningkat
membuat jumlah barang-barang yang dibeli konsumen menjadi lebih banyak (GA3).
- Efek perubahan harga
- Satu harga berubah
Pendapatan awal konsumen Rp90000, harga makanan Rp 6000
dan harga pakaian Rp3000. Ketika salah satu harga berubah, yaitu harga makanan
naik menjadi Rp 9000 dan harga pakaian tetap, jumlah makanan yang dapat dibeli
oleh konsumen menjadi lebih sedikit (GA2). Begitu pula ketika harga makanan
turun menjadi Rp3000 dan harga pakaian tetap, jumlah makanan yang dapat dibeli
menjadi lebih banyak (GA3). Berikut efek perubaha satu harga terhadap garis
anggaran (Gambar 5).
Gambar 5. Efek perubahan satu harga
- Dua harga berubah
Pendapatan awal konsumen Rp90000, harga makanan Rp6000
dan harga pakaian Rp3000. Kedua harga barang dapat berubah searah ataupun
berkebalikan. Pada Gambar 6, Ketika kedua harga berubah searah, harga makanan
dan pakaian naik menjadi Rp9000 dan Rp6000, jumlah makanan dan pakaian yang
dapat dibeli oleh konsumen menjadi lebih sedikit (GA2). Begitu pula ketika
kedua harga berubah searah turun, harga makanan dan pakaian turun menjadi
Rp3000 dan Rp1500, jumlah makanan dan pakaian yang dapat dibeli oleh konsumen menjadi
lebih banyak (GA3).
Gambar 6. Efek perubahan searah dua harga
Ketika kedua harga berubah tidak searah, misalkan harga
makanan turun menjadi Rp3000 dan pakaian naik menjadi Rp9000, jumlah makanan
yang dapat dibeli oleh konsumen menjadi lebih banyak dan jumlah pakaian yang
dapat dibeli oleh konsumen menjadi lebih sedikit (GA4). Begitu pula misalkan
harga makanan naik menjadi Rp10000 dan pakaian turun menjadi Rp1500, jumlah
makanan yang dapat dibeli oleh konsumen menjadi lebih sedikit dan jumlah
pakaian yang dapat dibeli oleh konsumen menjadi lebih banyak (GA5).
Syarat untuk
mencapai Kepuasan Maksimum
Seorang konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum
apabila mencapai titik dimana garis anggaran pengeluaran menyinggung kurva
kepuasan sama (Block dan Sotelo 2012). Berdasarkan Gambar 7, kurva IC4 jelas
memberikan kepuasan yang paling tinggi daripada kepuasan lainnya (IC1, IC2 dan
IC3). Akan tetapi, kurva ini berada di atas garis anggaran sehingga gabungan
makanan dan pakaian (A) pada kurva ini tidak dapat dibeli oleh pendapatan.
Begitu pula dengan gabungan makanan dan pakaian (B) pada kurva IC3. Makanan dan
pakaian tidak dapat dibeli dengan pendapatan. Pendapatan dapat membeli gabungan
konsumsi makanan dan pakaian (C) pada kurva IC1, tetapi kepuasannya belum
mencapai tingkat kepuasan yang maksimum. Hal ini karena masih ada kurva
kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan kurva IC1 yaitu kurva IC2. Gabungan
makanan dan pakaian (E) pada kurva IC2 juga menyentuh garis anggaran, sehingga
makanan dan pakaian dapat dibeli oleh pendapatan.
IC1
C
|
IC3
E
|
IC4
B A
|
C. Efek Penggantian dan Efek Pendapatan
Hubungan antara teori nilai guna dan teori permintaan
diuraikan bahwa hukum pemintaan dapat diterangkan dengan menganalisis dua
faktor, yaitu efek penggantian (substitusi) dan efek pendapatan.
- Efek penggantian: konsumen
lebih banyak mengkonsumsi barang dan mengurangi konsumsi barang lain. Konsumen
yang rasional akan membeli banyak barang yang harganya lebih rendah dan
begitu pula sebaliknya (Leung et al.
2014).
- Efek pendapatan: penurunan
harga menambah pendapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan riil akan
menambah konsumsi berbagai barang.
Besarnya efek penggantian terhadap suatu barang tidak
selalu harus sama dengan besarnya efek pendapatan (Panaccione 2011). Efek
penggantian dapat lebih besar maupun lebih kecil dari efek pendapatan
bergantung pada besarnya perubahan harga barang yang terjadi. Begitu pula
sebaliknya. Efek pendapatan dapat lebih besar maupun lebih kecil dari efek
penggantian bergantung pada besarnya perubahan pendapatan yang terjadi.
Contoh garis anggaran awal adalah garis AB. Titik
keseimbangan adalah E, yaitu pada jumlah pakaian Q1. Misalkan harga pakaian
turun sehingga garis anggaran berubah menjadi AC. Maka keseimbangan berpindah
ke E2, yaitu jumlah pakaian bertambah menjadi Q2. Kenaikan konsumsi pakaian
dari Q1 menjadi Q2 disebabkan oleh efek penggantian maupun efek pendapatan
(Gambar 8).
Untuk melihat efek penggantian, keseimbangan harus ketika
pendapatan riil konsuemen dianggap tetap, yaitu apabila jumlah barang yang
dibeli memberi kepuasan sama seperti sebelum ada perubahan harga (kurva IC1).
Garis anggaran A1B1 adalah sejajar dengan garis anggaran AC dan menyinggung
kurva IC1 pada titik E3. Dengan demikian, garis anggaran A1B1 menggambarkan
gabungan yang dapat dibeli dengan pendapatan riil yang sama besarnya dengan
yang berlaku sebelum penurunan harga pakaian.
Meskipun pendapatan riil dianggap tetap, keseimbanagn
untuk mencapai kepuasna maksimum telah pindah dari titik E ke titik D. Ini
menunjukkan konsumsi pakaian bertambah dari Q1 ke Q2 dan konsumsi makanan
berubah dari M1 ke M2. Kenaikan konsumsi pakaian dari Q1 ke Q2 disebabkan oleh
efek penggantian, sedangkan kenaikan konsumsi pakaian dari Q2 ke Q3 disebabkan
oleh efek pendapatan.
D. Membentuk Kurva Permintaan
Sifat permintaan konsumen, jika harga turun jumlah yang
diminta naik ataupun sebaliknya, dapat dijelaskan dengn menggunakan analisis
kurva kepuasan sama (Sukirno 2014). Dalam Gambar 9, misalkan pendapatan
konsumen adalah tetap sebesar Y dan harga awal makanan adalah Pm dan harga awal
pakaian adalah P1 sehingga garis anggaran A dalah garis anggaran awal. Garis
anggaran A menyinggung kurva IC1 di titik E1 sehingga jumlah/kuantitas pakaian
yang dibeli adalah Q1.
Misalkan pendapatan dan harga makanan tidak mengalami
perubahan dan harga pakaian berubah turun ke P2, garis anggaran berubah menjadi
garis anggaran B dan menyinggung kurva kepuasan sama IC2 di titik E2. Jumlah
pakaian yang dibeli meningkat menjadi Q2. Jika selanjutnya harga turun menjadi
P3, garis anggaran berubah menjadi C dan menyinggung kurva kepuasan sama IC3 di
titik E3. Jumlah pakaian yang dibeli meningkat kembali menjadi Q3.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan harga
pakaian mengakibatkan perubahan jumlah pakaian yang dibeli. Hubungan antara
harga pakaian dan jumlah pakaian yang dibeli pun dapat digambarkan. Titik A
menggambarkan konsumen ketika belum berlaku perubahan harga, yaitu harga
pakaian P1 dan jumlah pakaian yang diminta Q1. Titik B Titik menggambarkan
keadaan saat harga pakaian turun menjadi P2 sehingga jumlah pakaian yang
diminta naik menjadi Q2. Titik C menggambarkan keadaan saat harga pakaian turun
menjadi P3 sehingga jumlah pakaian yang diminta naik menjadi Q3. Dari ketiga
keadaan tersebut dapat diperoleh kurva permintaan pakaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar