Pembahasan
Teori produksi menggambarkan hubungan antara tingkat
produksi dengan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu
barang. Faktor-faktor produksi disebut pula sebagai input, sedangkan jumlah
produksi disebut sebagai output. Dalam ilmu ekonomi, teori produksi dibedakan
menjadi dua analisis yaitu teori produksi dengan satu faktor berubah dan teori
produksi dengan dua faktor berubah. Sebelumnya telah dibahas mengenai analisis
teori produksi dengan satu faktor berubah. Pada bab ini selanjutnya akan
membahas teori produksi dengan dua faktor berubah (variable).
Teori Produksi dengan Dua Input
Variabel
Teori produksi menggambarkan hubungan antara tingkat
produksi suatu barang dengan faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
produksi barang tertentu. Dalam analisis teori produksi dengan dua faktor
berubah, diasumsikan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. Misalkan tenaga kerja dan modal. Jumlah produksi daat berubah dengan
merubah faktor tenaga kerja dan atau modal. Kedua input tersebut diasumsikan
dapat dipertukarkan penggunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal
ataupun sebaliknya. Adapaun dalam teori produksi dengan dua faktor berubah,
pendekatan yang digunakan adalah kurva produksi sama (isoquant) dan garis biaya
sama (isocost).
A. Kurva Produksi Sama (Isoquant)
Kurva produksi sama (isoquant)
menggambarkan gabungan dua input yang akan menghasilkan satu tingkat produksi
tertentu. Kurva ini menunjukkan kombinasi dua input yang digunakan dalam
produski untuk menghasilkan output tertentu.
Misalkan suatu perusahaan memproduksi barang sebanyak 200
unit. Input yang digunakan adalah modal dan tenaga kerja. Dalam Tabel 1
ditunjukkan gambaran gabungan modal dan tenaga kerja untuk memproduksi 200 unit
barang. Berdasarkan gabungan tersebut dapat digambarkan suatu grafik iqosuant
yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Gabungan modal dan tenaga kerja untuk
memproduksi 200 unit
Gabungan
|
Modal (unit)
|
Tenaga kerja (unit)
|
A
|
1
|
8
|
B
|
3
|
7
|
C
|
6
|
5
|
D
|
7
|
3
|
Gambar 1. Kurva Isoquant
Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa Kurva Isoquant miring dari kiri atas ke kanan
bawah dan cembung terhadap titik nol. Hal ini menggambarkan substitusi dari
faktor-faktor produksi yang digunakan, disebut Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS). Walaupun input
dapat saling disubstitusikan, mereka bukan substitusi sempurna.
Kurva isoquant satu dengan kurva isoquant yang lainnya dapat dibandingkan
untuk melihat kurva mana yang menunjukkan jumlah produksi yang lebih besar. Misalkan
diketahui bahwa kurva IQ2 menghasilkan 300 unit produksi dan kurva IQ3
menghasilkan 500 unit produksi. Perbandingan antara IQ, IQ2 dan IQ3 dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perbandingan antar isoquant
Masing-masing kurva menunjukkan gabungan modal dan tenaga
kerja yang digunakan untuk menghasilkan tingkat produksi yang ditunjukkannya.
Sehingga isoquant tidak saling
berpotongan.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa IQ3 di atas IQ2 dan IQ2
di atas IQ. Hal ini memperlihatkan bahwa letak kurva yang semakin jauh dari
titik 0 berarti semakin tinggi tingkat produksinya. Isoquant yang lebih jauh dari titik nol menunjukkan tingkat ouput
yang lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya. Isoquant
yang lebih rendah atau dekat dengan titik nol menunjukkan output yang lebih
kecil.
B. Garis Biaya Sama (Isocost)
Garis biaya sama (isocost)
adalah garis yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat
diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Isocost menunjukkan kombinasi dua input yang dapat dibeli dengan
anggaran tertentu. Hal ini berdasarkan analisis peminimuman biaya produksi
dimana perusahaan harus meminimumkan biaya produksi untuk memaksimumkan
keuntungan dengan menghemat biaya. Garis biaya sama dapat dibuat jika diketahui
data berikut:
·
Harga input yang digunakan
·
Jumlah uang yang tersedia untuk membeli input.
Contoh grafik biaya sama dapat dilihat pada Gambar 3.
Misalkan suatu perusahan memiliki uang sebesar
Rp12000 untuk membelanjakan tenaga kerja dan modal. Upah tenaga kerja
adalah Rp1000 dan biaya modal per unit adalah Rp3000. Selain itu diketahui
titik a merupakan kombinasi 2 modal dan 6 tenaga kerja yang dapat dibelanjakan
dengan uang tersebut.
Gambar 3. Garis biaya sama
Jika uang tersebut seluruhnya digunakan untuk memperoleh
modal saja maka akan diperoleh modal sebanyak 4 unit (RP12000/Rp3000 = 4). Jika
uang tersebut seluruhnya digunakan untuk memperoleh tenaga kerja saja, maka
akan diperoleh tenaga kerja sebanyak 12 orang (RP12000/Rp1000 = 12). Seterusnya
titik a pada kurva isocost (TC)
menunjukkan dana sebanyak Rp12000 dapat digunakan untuk memperoleh 2 unit modal
dan 6 tenaga kerja.
Kurva isocost
satu dengan kurva isocost yang
lainnya dapat dibandingkan untuk melihat kurva mana yang menunjukkan anggaran
atau uang yang lebih besar. Misalkan diketahui bahwa kurva TC2 menunjukkan uang
yang tersedia sebesar Rp15000 dan kurva TC3 menunjukkan uang yang tersedia
sebesar Rp18000. Perbandingan antara TC, TC2 dan TC3 dapat dilihat pada Gambar
4.
Gambar 4. Perbandingan antar Isocost
Jika uang yang dimiliki sebanyak Rp15000 dan seluruhnya
digunakan untuk memperoleh modal saja maka akan diperoleh modal sebanyak 5 unit
(RP15000/Rp3000 = 5). Jika uang tersebut seluruhnya digunakan untuk memperoleh
tenaga kerja saja, maka akan diperoleh tenaga kerja sebanyak 15 orang
(Rp15000/Rp1000 = 15). Sementara itu, jika uang yang dimiliki sebanyak Rp18000
dan uang tersebut seluruhnya digunakan untuk memperoleh modal saja maka akan
diperoleh modal sebanyak 6 unit (RP18000/Rp3000 = 6). Jika uang tersebut seluruhnya
digunakan untuk memperoleh tenaga kerja saja, maka akan diperoleh tenaga kerja
sebanyak 18 orang (Rp18000/Rp1000 = 18).
Masing-masing kurva (TC, TC2, TC3) menunjukkan gabungan
modal dan tenaga kerja yang dapat dibeli dengan anggaran yang dimiliki sehingga isocost tidak saling berpotongan. Berdasarkan Gambar
4, dapat dilihat bahwa T3 di atas TC2 dan TC2 di atas TC. Hal ini
memperlihatkan bahwa letak kurva yang semakin jauh dari titik 0 berarti semakin
banyak uang atau anggaran yang dimiliki untuk membeli kombinasi input yang
digunakan dalam produksi. Dengan demikian, isocost
yang lebih jauh dari titik nol
menunjukkan anggaran yang lebih besar. Begitu pula sebaliknya. Isocost yang lebih rendah atau dekat
dengan titik nol menunjukkan anggaran yang lebih kecil.
Meminimumkan Biaya atau
Memaksimumkan Produksi
Penggabungan
kurva produksi sam (isoquant) dan
garis biaya sama (isocost)
menjelaskan beberapa hal berikut:
- Apabila jumlah pengeluaran atau
anggaran untuk membiayai produksi sudah ditentukan, keadaan yang bagaimana
yang akan memaksimumkan produksi.
- Apabila jumlah produksi yang
ingin dicapai telah ditentukan, keadaan yang bagaimana yang akan
meminimumkan biaya produksi.
A.
Memaksimumkan Produksi
Jika membicarakan persoalan bagaimana memaksimumkan
produksi apabila jumlah pengeluaran untuk membiayai produksi sudah ditentukan
dapat dilihat dari contoh berikut ini. Misalkan biaya modal per unit adalah
Rp6000, upah tenaga kerja Rp10000 dan anggaran yang disediakan oleh perusahaan
sebanyak Rp120000. Jika produsen menggunakan modal saja, maka modal yang
didapat sebanyak 20 unit (Rp120000/Rp6000 = 20). Jika produsen menggunakan
tenaga kerja saja, maka tenaga kerja yang dapat digunakan sebanyak 12 orang
(Rp120000/Rp10000 = 12). Keadaan ini dapat digambarkan melalui kurva TC1.
Selain itu, terdapat 3 kurva isoquant yaitu IQ1, IQ2, dan IQ3. Kurva IQ1 menghasilkan tingkat
produksi sebanyak 2000 unit, kurva IQ2 menghasilkan tingkat produksi sebanyak
2500 unit dan kurva IQ3 menghasilkan tingkat produksi sebanyak 3000 unit.
Terdapat pula lima titik yang teretak pada berbagai kurva isoquant yang merupakan titik perpotongan atau titik persinggungan
dengan garis TC1, yaitu titik A, B, C, D, dan E. Untuk melihat titik yang
menunjukkan keadaan gabungan input yang akan memproduksi maksimum disaat
anggaran sudah ditentukan, maka titik yang dilihat adalah titik persinggungan
antara kurva TC1 dengan kurva isoquant
yang paling tinggi tingkat produksinya. Dari kelima titik tersebut, titik A
terletak di kurva isoquant yang
paling tinggi yaitu kurva IC3 dengan tingkat produksi sebanyak 3000 unit
(Gambar 5).
B.
Meminimumkan Biaya
Jika membicarakan persoalan bagaimana meminimumkan biaya
apabila jumlah produksi yang ingin dicapai sudah ditentukan dapat dilihat dari
contoh berikut ini. Misalkan perusahaan atau produsen ingin mecapai produksi
sebanyak 2000 unit. Dalam Gambar 5, hal tersebut digambarkan pada kurva IQ1.
Sementara itu, perusahaan memiliki 3 anggaran yang sudah
disediakan, yaitu sebanyak Rp60000, Rp120000 dan Rp 180000. Jika produsen
menggunakan modal saja pada anggaran sebesar Rp60000, maka modal yang didapat
sebanyak 10 unit (Rp60000/Rp6000 = 10). Jika produsen menggunakan tenaga kerja
saja, maka tenaga kerja yang dapat digunakan sebanyak 6 orang (Rp60000/Rp10000
= 6). Keadaan ini dapat digambarkan melalui kurva TC. Jika produsen menggunakan
modal saja pada anggaran sebesar Rp180000, maka modal yang didapat sebanyak 300
unit (Rp180000/Rp6000 = 30). Jika produsen menggunakan tenaga kerja saja, maka
tenaga kerja yang dapat digunakan sebanyak 18 orang (Rp180000/Rp10000 = 18).
Keadaan ini dapat digambarkan melalui kurva TC2.
Selain itu, pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kurva isoquant tersebut dipotong dan
disinggung oleh isocost di lima titik, yaitu di titik P, Q, R, S dan T. Titik yang
menunjukkan gabungan input yang akan memakan biaya paling murah adalah titik
persinggungan antara garis isoquant
yang diharapkan dengan isocost yang
paling rendah. Titik P adalah titik yang berada pada kurva TC yaitu garis biaya
sama yang paling rendah. Dengan demikian, titik P menunjukkan gabungan modal
dan tenaga kerja untuk menghasilkan 2000 unit produksi dengan anggaran biaya
sebesar Rp6000.
Gambar 6. Meminimumkan biaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar